Seiring dengan masuknya era globalisasi saat ini, turut mengiringi budaya-budaya asing yang masuk ke Indonesia. Di zaman yang serba canggih ini, perkembangan kemutahiran teknologi tidak dibarengi dengan budaya-budaya asing positif yang masuk. Budaya asing masuk ke negeri kita secara bebas tanpa ada batasan. Negara Indonesia mempunyai norma-norma yang harus dipatuhi oleh masyarakatnya, norma tersebut meliputi norma agama, norma hukum, norma sosial dan norma kesopanan. Setiap norma memiliki peranan masing-masing dalam mengatur hidup manusia. Pada umumnya masyarakat Indonesia sekarang seakan tidak menghiraukan lagi norma-norma yang ditetapkan. Terbukti dengan banyaknya penyimpangan perilaku seperti korupsi, mencuri, menistakan agama, dan sebagainya. Kasus-kasus seperti ini menandakan bobroknya mental bangsa ini. Sehingga generasi muda yang mendatang diperkirakan dapat lebih buruk dari masa sekarang jika mental mundul tersebut masih ditularkan pada kaum remaja saat ini.
Budaya
adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya adalah suatu
pola hidup menyeluruh. Budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak
aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya
ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
Kebudayaan
sangat erat dengan masyarakat. Melville J.Herskovits dan Bronislaw Malinowski
mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan
oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Kebudayaan sebagai
sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, kebudayaan
itu sendiri mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial, norma sosial, ilmu
pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan
lain-lain.
Budaya
Indonesia sangat banyak sekali dan beragam, Namun banyak pula budaya budaya
asing yang masuk ke Indonesia dan para generasi muda atau remaja remaja
Indonesia lebih tertarik kepada budaya asing tersebut. Tentu kita sudah tidak
asing lagi dengan istilah K-Pop. K-Pop merupakan kependekan dari Korean Pop,
yaitu salah satu jenis musika yang berasal dari korea. Saat ini demam musik
K-pop sedang melanda seluruh anak muda di dunia, baik di benua Asia hingga
benua Amerika. Fenomena tersebut biasa disebut dengan istilah Korean Wave atau
Hallyu Wave.
Permasalahan
yang ada sekarang adalah apakah generasi muda yang menyukai budaya korea itu
juga memiliki rasa suka atau bahkan cinta terhadap budaya bangsanya sendiri,
yakni budaya bangsa Indonesia sebesar rasa cinta yang mereka miliki terhadap
budaya korea? Dan apakah korean wave dapat dikatakan sebagai salah satu pemicu
bagi generasi muda sehingga menjadi apatis terhadap budaya bangsanya sendiri?
Di
Indonesia, dominasi kebudayaan Korea masuk melalui peranan internet, walaupun
memang peran media pun tidak bisa lepas dalam proses mewabahnya kebudayaan
Korea di negeri kita. Seperti misalnya peran televisi, radio, dan majalah yang
juga menyajikan berbagai topik mengenai Kebudayaan Korea yang terkesan trendy
dan dapat diikuti oleh generasi muda kita. Berawal dari banyaknya drama korea
yang ditampilkan oleh beberapa televisi Indonesia. Namun hal ini masih kalah
oleh peran internet dalam penyebaran kebudayaan Korea secara bebas, terbuka dan
dapat mencakup ranah usia dari dewasa bahkan sampai ke anak-anak.
Dampak
yang paling terlihat dari korean wave terhadap kalangan remaja Indonesia salah
satunya adalah pada fashion mereka, terhadap tata cara berpakaian mereka
sehari-hari yang secara tidka sadar telah mereka aplikasikan dengan
menggunakannya sesuai dengan aktor atau aktris Korea idola mereka. Tidak hanya
drama korea saja yang mendapatkan perhatian khusus yang tidak sedikit dari
generasi muda Indonesia, fenomena girlband dan boyband dari Korea juga menjadi
hal baru yang menarik perhatian generasi muda Indonesia. Seperti yang kita
ketahui pada umumnya bahwa girlband/boyband dari Korea ini sangat khas dengan
koreografi yang total, kompak dan sangat energik dengan musik yang
mengiringinya. Ditambahkan lagi dengan anggota yang multitalenta baik dalam
bidang tarik suara maupun dalam bidang menari.
Hal
tersebut sangat jelas bahwa sifat pemudia Indonesia yang masih terbilang labil
akan dengan cepat mengimitasi tarian dari setiap girlband/boyband Korea dengan
sangat sempurna. Contohnya adalah di sebuah SMA yang terdapat extrakurikuler
tarian tradisional Saman dan Modern Dance K-pop para siswa maupun siswinya
lebih tertarik dengan Modern Dance Kpop dibandingkan dengan tarian tradisional
Saman yang jelas-jelas adalah tarian milik bangsa Indonesia itu sendiri.
Penerimaan
kebudayaan Korea di Indonesia ini membentuk suatu kelompok budaya yang baru
yaitu kelompok penggemar(Fans), melalui kelompok penggemar ini penyebaran
budaya kpop semakin mewabah di Indonesia, kelompok penggemar menumbuhkan
fanatisme pada setiap penggemar yang sudah tergabung dalam kelompok tersebut.
Contoh kasus kecilnya lagi adalah para generasi muda Indonesia yang menyukai
Kpop lebih memilih atau lebih menunggu-menunggu idolanya untuk tampil di
Indonesia walaupun dengan harga tiket yang terbilang mahal diatas rata-rata
harga konser namun generasi muda tersebut lebih rajin menabung bahkan bela-bela
untuk mengantri dari pagi hingga malam hanya untuk sebuah tiket. Mereka malah
tidak menonton atau menyaksikan acara musik atau konser Indonesia dengan harga
tiket yang lebih murah dan gratis untuk mendukung penyanyi atau seniman
Indonesia.
Organisasi
Turis Korea melakukan survey di websitenya dengan respon dari 12.085 dari
pengunjung non Korea yang berasal dari 102 negara. Survey ini menyatakan dengan
umur responden budaya pop Korea ini meliputi, umur 10an tahun sebesar 17%, umur
30an tahun sebesar 18%, umur 40an tahun sebesar 8% dan responden yang berumur
20an tahun meliputi jumlah paling besar 49%. Dari persentase responden itu 99%
nya adalah wanita dan sisanya adalah laki-laki
Pengikisan
kecintaan atau peminatan generasi muda terhadap budaya bangsa sebenarnya bukan
sepenuhnya disebabkan oleh Korean Wave itu sendiri, Korean Wave hanya menjadi
pemicu semakin terkikisnya rasa cinta generasi muda terhadap budaya bangsa.
Sedangkan, penyabab utamanya adalah tidak adanya filterisasi kebudayaan asing
yang masuk ke Indonesia baik oleh pemerintah ataupun oleh generasi muda penerus
bangsa. Karena tidak adanya filterisasi kebudayaan asing tersebut sehingga
membuat generasi muda terlena untuk menerima semua jenis kebudayaan asing tanpa
mempertimbangkan kehadiran kebudayaan bangsa Indonesia terutama pada kebudayaan
daerahnya.
Dampak
positif Korean Wave ke Indonesia adalah menginpirasi dunia musik Indonesia
menjadi lebih berwarna, kecitaan terhadap musik semakin tinggi, style
berpakaian yang modis, gaya rambut, aksesoris yang lebih bervariasi, menambah
devisa negara karena dengan banyaknya artis korea yang datang ke Jakarta untuk
menggelar konser seperti Super Junior yang secara tidak langsung mempromosikan
Indonesia sebagai tujuan menarik para wisatawan asing yang berasal dari Korea,
mempererat hubungan kerjasama dengan negara korea, dan menambah referensi
tempat-tempat wisata yang indah di negara Korea. Namun dampak negatifnya adalah
acuh tak acuh terhadap budaya tradisional Indonesia, lebih menyukai budaya
korea ketimbang budaya asli Indonesia, dan meniru gaya hidup artis-artis korea
yang tidak sesuai dengan jati diri bangsa Indonesia.
Faktor
lainnya adalah pemerintah Indonesia tidak ada usaha atau mendukung seniman,
penyanyi, lagu, bahkan lagu-lagu daerah Indonesia agar lebih dikenal dan
diketahui oleh generasi muda Indonesia. Generasi muda hanya menyaksikan
tayangan di televisi Indonesia dengan acara yang jarang sekali berbau
kebudayaan Indonesia itu sendiri. Para penyanyi Indonesia kebanyakan yang
disaksikan oleh para generasi muda Indonesia adalah penyanyi yang hanya menjual
ketampanan atau kecantikan namun suara dan penampilannya tidak di seimbangi
bagaimana penyanyi itu, banyak sekali para penyanyi Indonesia yang masih
lipshing saat bernyanyi oleh sebab itu banyak generasi muda yang tertarik
dengan korean wave karena korea dan para artisnya menyajikan tayangan yang
bukan hanya suara, penampilan, namun tata hiasan panggung bahkan koreografi dan
pakaian yang enak dipandang oleh mata.
Alangkah
lebih baik apabila masuknya kebudayaan Korea ke Indonesia dibarengi oleh
penguatan kebudayaan Indonesia agar terus mengakar di hati generasi muda
penerus bangsa. Sebagai contoh, ketika penerimaan kebudayaan Korea semacam
fenomena girlband/boyband tetap bisa diselipkan kebudayaan asli Indonesia dalam
kostum panggung dan juga dalam koreografinya dengan memasukkan batik asli
Indonesia di aplikasi kostumnya dan gerakan beberapa tarian daerah dalam
koreografinya, atau bisa juga memasukkan nada atau lagu khas Indonesia di
beberapa bagian dari lagi. Hal terpenting adalah bagaimana generasi muda
penerus bangsa untuk dapat bersikap dalam melakukan pemilihan terhadap segala
kebudayaan asing yang telah masuk ke Indonesia dengan tetap mengutamakan
eksistensi kebudayaan Indonesia terutama kebudayaan daerah. Peran pemerintah
pun tak kalah penting untuk gencar melakukan promosi atas kebudayaan daerah
aset bangsa kepada generasi muda Indonesia agar tidak berujung kepada apatisme
budaya bangsa.
referensi :
http://id.wikipedia.org/wiki/Hallyu
http://hiburan.kompasiana.com/musik/2013/10/28/korean-wave-menguntungkan-atau-merugikan-603140.html
https://encushasanah.wordpress.com/2013/04/06/fanatisme-remaja-indonesia-terhadap-korean-wave/
http://citizen6.liputan6.com/read/479145/positif-negatif-tren-hallyu-di-indonesia
http://dasukymuhammad.blogspot.com/2013/03/laporan-penelitian-pengaruh-korean-wave.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar